Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

This is.... my life

Published by Iga Indah under on 17.31
Sebuah pertanyaan besar yang akhir-akhir ini muncul di kepalaku.
Tadinya aku bertanya, “Akan jadi apa aku nanti?”
Tapi kemudian kuganti pertanyaanku menjadi, “Akan Kau jadikan apa aku nanti?”
Pertanyaan yang sering muncul saat masa-masa remaja labil. Ya, seperti sekarang ini.

I want to go back in that time,
I want to make a time machine and go back in that time.
-Kitou Aya, 1 litre of tears-

Kalimat yang mewakili. Aku kembali teringat akan masa-masa dimana aku belum punya tanggungan yang seperti ini. Kini ada banyak hal yang harus dan ingin kulakukan. Tidak mudah untuk memilih dan menentukan prioritasnya. Banyak gagasan dan pemikiran yang ingin kurealisasikan.
Jika bicara mengenai target kedepan dalam waktu dekat, tentu ada banyak. Namun, seperti sebelumnya, aku bahkan tak yakin akan bisa mencapainya. Akankah berakhir dengan ‘hanya sekedar target saja’? Tanpa ada sebuah saja prestasi keberhasilan. Rasanya bosan juga jika semuanya selalu seperti ini. Aku rindu masa-masa dimana semua berjalan sederhana, mudah, dan lancer-lancar saja. Tapi, itu hanya sekedar rindu, tak lebih. Aku lebih tertarik pada masa depan.

Kesulitan terbesar adalah keputusan.
-Ali bin Abi Thalib-

Setiap ingat kalimat ini, aku jadi berpikir,

17 tahunku ini,
Selama 17 tahunku ini,
Aku sudah melakukan apa?
Lalu…sekarang aku mau apa?
Allah mau aku berbuat apa?
Allah mau aku jadi apa?
Ayah, Ibu… kalian mau aku jadi apa?
Dan… aku mau jadi apa?
Bagaimana?
Lalu?
Apa?
Apa yang Allah mau?
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang ingin kulakukan?
Bagaimana caranya?
Bisakah?
Yakinkah?
Aku tidak tahu.
Tidak tahu.

Ya Rabbi, hanya kepadamu aku memohon petunjuk. Aku bukanlah orang yang istimewa diantara hamba-hambaMu. Aku bukalah orang yang taat. Aku orang yang lemah dihadapanMu. Dosa-dosa yang kubuat tak terhitung. Hatiku tak sebaik yang mereka sangkakan padaku. Tak seindah harapanku. Kemampuanku tak seberapa. Semangatku untuk istiqomah tak sehebat hamba-hambaMu yang lain. Ikhtiarku tak sekeras mereka. Shalatku tak khusyuk. Imanku hanya dimulut. Jilbabku tak ubahnya pajangan. Ibadahku tak sebanyak mereka. Janjiku padaMu pun telah terlupa. Pengorbananku tak seberapa. Ikhlasku mungkin diselimuti riya’. Tinggi hati jadi sisi gelap dalam diriku. Iri hati jadi racun yang setiap hari terus bertambah tanpa disadari. Maksiat menjadi makanan sehari-hari yang menggerogoti tubuh. Semua itu membuatku terlihat seperti bentuk awal penciptaannya. Setetes air yang hina. Tak lebih.

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (Q.S. Yaasiin : 77)

Dadaku bergemuruh. Sesak. Air mata tertahan. Rasa takut padaMu menyelimuti. Penyesalan pun menghampiri.
Manusia. Bagaimanapun aku tetap manusia. Ada sisi gelap dalam diriku. Tapi, akankah ini semua berlanjut? Sampai kapan?
Ini hidupku. Hidup yang Kau berikan padaku. Aku ingin menjaganya, menjadikannya berharga, berkualitas. Walaupun saat ini kenyataannya aku memang sedang menyia-nyiakannya. Adakah terbersit rasa syukur? Sedikit saja?
Ya, hanya dimulut. Secara teori saja. Tidakkah aku ingin berubah? Aku tahu ini masih belum terlambat, tapi bisakah? Aku bahkan tak yakin dengan diriku sendiri.
Menyedihkan. Jika terus seperti ini. Aku hanya akan berakhir menyedihkan.
Terus terangkap dalam lubang hitam.
Aku ingin keluar. Berdiri tegak, tak lagi goyah. Lalu berjalan,..ah, tidak…bukan…aku akan berlari mengejar ketertinggalan. Menggapai punggung-punggung itu. Senyum di wajah mereka adalah penyemangat.
Ya, inilah hidupku. Aku akan menjaganya dengan ijinMu.

 -Kamis, 7 Juli 2011, curhat seorang ukhti-

0 comments:

Posting Komentar