Sunrays

Blogger Template by ThemeLib.com

HANABI (fireworks) #1

Published by Iga Indah under on 17.25

"What is the worth of this world I'm living in?
I start thinking its all meaningless
or maybe I’m just tired?

In exchange for something I got
I gave up a number of precious things
eventhough, the world isn't peaceful enough
that I can spare time to feel sad for each matters.

What kind of dreams should I draw?
What kind of hopes should I take with me as moving forward?
These seemingly impossible to answer questions
Get buried in my day to day life."

-(Hanabi (Code Blue OST) - Mr.Children )-


Ini adalah translate dari penggalan sebuah lagu yang sangat mewakili perasaanku saat-saat pertengahan puasa kemarin. Hari-hari dipenuhi tanda tanya besar (?). Galau akademis. Begitu teman-teman menyebutnya. Aku memang jarang menggunakan kosa kata ‘galau’ untuk diriku sendiri.
Berawal dari pemikiran tentang masa depan. Sebuah pertanyaan besar yang pernah kutulis sebelumnya, kini…eeemmm…  ok, memang belum ketemu jawabannya. Tapi biar waktu yang menjawab.

Ketika ditanya apa cita-cita, impian, rencana ke depan, fakultas, atau jurusan yang diinginkan, maka ketika itu teman-temanku biasanya langsung bisa menjawab, walaupun ada yang jawabnya agak malu-malu. Yang pasti mereka telah menemukan sesuatu yang disebut impian. Dengan pasti.

Anehnya, yang bisa kujawab adalah “Aku belum tahu”. Menyedihkan. Saat yang lain telah mulai melangkah menuju impian masing-masing. Berjuang sekuat tenaga, sampai keringat menetes deras, doa yang bertubi-tubi disampaikan kepadaNya, nafas terengah-engah, kaki terus berlari, tangan terus berusaha menggapai, tubuh berdarah-darah, mata tajamnya tertuju pada satu titik, semangat menggebu, mendaki tanpa lelah, demi menuju satu impian.
Dan di saat-saat itu,aku masih saja bertanya,
“Apa impian yang Allah inginkan untuk jadi impianku?”


#thinkingdeeply

Published by Iga Indah under on 03.46

 “aku mencintai orang-orang shalih, meski aku bukan termasuk di antara mereka.
Aku benci pecandu maksiat, meskipun mungkin aku lebih buruk dari mereka”
-Ibnul Mubarak rahimahullah

jika engkau galau....

Published by Iga Indah under on 20.53


Engkau yang galau 
karena ketidak-pastian masa depanmu, 
dengarlah ini ya?

Jika engkau ingin mengetahui masa lalumu, 
kenalilah keadaan yang disebabkannya bagimu hari ini.

Jika engkau ingin mengetahui masa depanmu, 
perhatikanlah yang sedang kau kerjakan hari ini.

Pasti atau tidak pasti, 
yakin atau tidak yakin engkau 
mengenai yang kau kerjakan, 
pastikanlah engkau mengerjakannya 
dengan sebaik-baiknya.

Masa kinimu adalah pembentuk masa depanmu.

-Mario Teguh-

MIMPI

Published by Iga Indah under on 15.38
DREAM HIGH (ost. Dream High) 
Translation
I Dream High,
I dream, when its hard
I close my eyes
While I imagine that moment
I get up
I shake at the end of fear
Afraid of falling
Like a baby bird who cant fly up

can I do it?
Will my dream come true?
One by one my walking goes
When I get afraid


I Dream High, I dream,
When I’m tired 
I close my eyes
I keep imagining that dream
While I get up

I can fly high, I belive that
I can go up in that sky
Open my wings
Fly freely up more then anyone


I need courage
That will stand the fallen me
I dust the dust, Courage that will stand me
And jump once a again
Belive in myself once more,
Belive in my faith
Bet everything, and im going to jump
A wall taller then me

I dream high, i dream,
When im tired i close my eyes
Imagning that my dream
Will come true while i get up (again)
I can fly high, i belive that
I can go up in that sky
Open my wings and (i’m) going to fly
More freely than anyone has
Dream high
A chance to fly high
Bye bye to the hurts
Fly high like the stars in the sky
Open your dreams

Time for you to shine
Starting Now
Gotta make em mine
Dont be afraid of the future
In you hands
Walk in confidance now
You can’t stop
Destiney now
Whole new fantasy is open
In front of your eyes
So hold my hand now
Our stop is the same now,
Dont give up on your dreams
When your young dream high everyone


I dream high, i dream,
When im tired i close my eyes
Imagine the dream coming true
While getting up
I can fly high, i belive that
I can go up in that sky
Open my wings and fly high
freely then anyone else


Allah bersama kita

Published by Iga Indah under on 16.50
Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata: 
"ALLAH SWT berfirman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu."

Allah...ampuni kami

Published by Iga Indah under on 17.57

Allah, ampuni kami yang kadang masih melihat dosa sebagai sesuatu yang menarik hati. Allah, ampuni kami yang kadang masih merasa ibadah sebagai sesuatu yang berat dijalani. Allah, ampuni kami yang kadang masih menganggap dusta bisa memudahkan urusan. Allah, ampuni kami yang kadang masih terbayang bahwa jujur itu mengerikan.
Allah, ampuni kami yang tahu bahwa segala 'amal akan diperlihatkan, tapi kadang masih tak bermalu berbuat yang menista jiwa. Allah, ampuni kami yang tahu bahwa ridhaMu paling berharga, tapi kadang masih coba menggadaikannya demi menyenangkan manusia.
Allah, ampuni kami yang yakin bahwa neraka itu ada, tapi masih sering membayangkan alangkah nikmatnya dosa-dosa. Allah, ampuni kami yang faham bahwa surga itu nyata, tapi masih sering merasa alangkah berat mentaatiMu.
Allah insyaflah kami bahwa sabar itu hakikat kehidupan. Sebab siapa tak sabar belajar, harus sabar dalam kebodohan. Sebab siapa tak sabar berkawan, harus sabar dalam kesendirian. Sebab siapa tak sabar ikhtiar, harus sabar dalam kefakiran. Sebab siapa tak sabar dalam taat, harus sabar atas musibah.

Allah, sibukkan kami hari ini dengan kebaikan yang banyak. Hingga karenanya, tak sempat bagi kami mengagumi diri sendiri. Allah, limpahi kami hari ini, dengan rizqi yang bertubi-tubi. Hingga dengannya, rasa bakhil tak sanggup meraja dalam jiwa. 
Allah, aku berlindung padaMu dari hati yang melihat ada nikmat dalam maksiat, dari jiwa yang merasa sengsara dalam kebajikan. Allah, aku berlindung padaMu dari lemah niat di kala harus berbakti, dari tinggi hati saat berhasil mentaati.


Allah, jika sesekali kami harus tahan lapar; jadikan ia latihan tuk hanya mengasup yang halal. Allah, jika kami harus berkawan gatal; jadikan tiap garukan bilangan mendzikirMu. Allah, jika kami harus berteman dingin; jadikan ia kelak penyejuk nan menjauhkan dari nerakaMu.

Allah, jika kami harus berteman kehilangan; jangan halangi pahalanya dan gantilah yang lebih baik dari sisiMu nan Maha Kaya. Allah, jika kami harus berkawan duka, jadikan tiap butir air mata dan sesak dada terpeluk oleh cintaMu.
Allah, jadikan hatiku selalu bicara padaMu dalam gigil takut, degub harap, & getar cinta. Akhlaqi aku kesantunan setelah kurnia kebenaran. Sebab dia yang benar tapi tak santun, melunturkan hormat insan pada kebenaran. Jagakan jua kebenaran dalam tiap akhlaq santunku. Sebab yang santun namun tak benar tiada lebih dari penipu. 
Allah, aku berdiri di hadapanMu dalam gelap nan merindu sinaran terang. Datang dan jadilah cahayaku, bimbing diri ini ke jalan lempang. Allah, kugamitkan jiwa lemahku ke dalam tangan perkasaMu, pelukkan aku bersama ‘mereka nan terkarunia’.

This is.... my life

Published by Iga Indah under on 17.31
Sebuah pertanyaan besar yang akhir-akhir ini muncul di kepalaku.
Tadinya aku bertanya, “Akan jadi apa aku nanti?”
Tapi kemudian kuganti pertanyaanku menjadi, “Akan Kau jadikan apa aku nanti?”
Pertanyaan yang sering muncul saat masa-masa remaja labil. Ya, seperti sekarang ini.

I want to go back in that time,
I want to make a time machine and go back in that time.
-Kitou Aya, 1 litre of tears-

Kalimat yang mewakili. Aku kembali teringat akan masa-masa dimana aku belum punya tanggungan yang seperti ini. Kini ada banyak hal yang harus dan ingin kulakukan. Tidak mudah untuk memilih dan menentukan prioritasnya. Banyak gagasan dan pemikiran yang ingin kurealisasikan.
Jika bicara mengenai target kedepan dalam waktu dekat, tentu ada banyak. Namun, seperti sebelumnya, aku bahkan tak yakin akan bisa mencapainya. Akankah berakhir dengan ‘hanya sekedar target saja’? Tanpa ada sebuah saja prestasi keberhasilan. Rasanya bosan juga jika semuanya selalu seperti ini. Aku rindu masa-masa dimana semua berjalan sederhana, mudah, dan lancer-lancar saja. Tapi, itu hanya sekedar rindu, tak lebih. Aku lebih tertarik pada masa depan.

Kesulitan terbesar adalah keputusan.
-Ali bin Abi Thalib-

Setiap ingat kalimat ini, aku jadi berpikir,

17 tahunku ini,
Selama 17 tahunku ini,
Aku sudah melakukan apa?
Lalu…sekarang aku mau apa?
Allah mau aku berbuat apa?
Allah mau aku jadi apa?
Ayah, Ibu… kalian mau aku jadi apa?
Dan… aku mau jadi apa?
Bagaimana?
Lalu?
Apa?
Apa yang Allah mau?
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang ingin kulakukan?
Bagaimana caranya?
Bisakah?
Yakinkah?
Aku tidak tahu.
Tidak tahu.

Ya Rabbi, hanya kepadamu aku memohon petunjuk. Aku bukanlah orang yang istimewa diantara hamba-hambaMu. Aku bukalah orang yang taat. Aku orang yang lemah dihadapanMu. Dosa-dosa yang kubuat tak terhitung. Hatiku tak sebaik yang mereka sangkakan padaku. Tak seindah harapanku. Kemampuanku tak seberapa. Semangatku untuk istiqomah tak sehebat hamba-hambaMu yang lain. Ikhtiarku tak sekeras mereka. Shalatku tak khusyuk. Imanku hanya dimulut. Jilbabku tak ubahnya pajangan. Ibadahku tak sebanyak mereka. Janjiku padaMu pun telah terlupa. Pengorbananku tak seberapa. Ikhlasku mungkin diselimuti riya’. Tinggi hati jadi sisi gelap dalam diriku. Iri hati jadi racun yang setiap hari terus bertambah tanpa disadari. Maksiat menjadi makanan sehari-hari yang menggerogoti tubuh. Semua itu membuatku terlihat seperti bentuk awal penciptaannya. Setetes air yang hina. Tak lebih.

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (Q.S. Yaasiin : 77)

Dadaku bergemuruh. Sesak. Air mata tertahan. Rasa takut padaMu menyelimuti. Penyesalan pun menghampiri.
Manusia. Bagaimanapun aku tetap manusia. Ada sisi gelap dalam diriku. Tapi, akankah ini semua berlanjut? Sampai kapan?
Ini hidupku. Hidup yang Kau berikan padaku. Aku ingin menjaganya, menjadikannya berharga, berkualitas. Walaupun saat ini kenyataannya aku memang sedang menyia-nyiakannya. Adakah terbersit rasa syukur? Sedikit saja?
Ya, hanya dimulut. Secara teori saja. Tidakkah aku ingin berubah? Aku tahu ini masih belum terlambat, tapi bisakah? Aku bahkan tak yakin dengan diriku sendiri.
Menyedihkan. Jika terus seperti ini. Aku hanya akan berakhir menyedihkan.
Terus terangkap dalam lubang hitam.
Aku ingin keluar. Berdiri tegak, tak lagi goyah. Lalu berjalan,..ah, tidak…bukan…aku akan berlari mengejar ketertinggalan. Menggapai punggung-punggung itu. Senyum di wajah mereka adalah penyemangat.
Ya, inilah hidupku. Aku akan menjaganya dengan ijinMu.

 -Kamis, 7 Juli 2011, curhat seorang ukhti-

?

Published by Iga Indah under on 22.02
Ya Rabb, Kau ingin aku jadi apa?

Keshalihan bisa terbaca...

Published by Iga Indah under on 20.43
Keshalihan seseorang adalah sesuatu yang bisa terbaca, dirasakan, teraba, terlihat dan terdengar. Ia bukan hal yang berada dalam angan-angan, atau kasat mata bagi manusia.

Seorang manusia shalih ibarat air jernih yang bisa diraup oleh kedua telapak tangan, diteguk ke dalam kerongkonan demi menghilangkan dahaga. Keshalihan seseorang tidaklah gelap tak tampak atau sebuah nama tanpa bentuk. Ia bak cermin bening yang memantulkan cahaya. Engkau akan merasakan keshalihan seseorang saat bertatap mata dengannya, mendekatkan lutut pada lututnya, berdialog dan berbicara dengannya. Keshalihan hampir selalu kan terbaca, meski dalam kilas waktu yang sangat singkat. Karena ia adalah bahasa indah hati yang terpancar dalam gerak, perbuatan dan ucapan. Bila keshalihan tak terbaca maka bagaimana engkau bisa menemukan pemiliknya, apalagi menobatkan dirimu sebagai temannya.

“Pemisalan seorang teman yang shalih adalah seperti penjual minyak wangi. Kalaupun ia tidak memberikan minyak wanginya, setidaknya kita mendapatkan aromanya yang semerbak. Sementara perumpamaan teman yang jahat, tak ubahnya pandai besi. Kalaupun kita tak terkena asap hitamnya, setidaknya kita akan mencium bau busuk dari tungkunya” (Riwayat Abu Dawud)

Perkataan seorang yang shalih itu menyejukkan, tutur katanya indah untuk dicerna dan dirasa. Tindak tanduknya santun berusaha menepati petunjuk Al Qur’an dan tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dengan gamblang menjelaskan pribadi beliau,“Rasulullah  shallallahu’alaihi wa sallam adalah pribadi yang tidak suka berbicara keji atau membiasakan diri berkata keji, tidak suka mengutuk dan mencaci maki.”

Ali bin Abi Thalib menceritakan, “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam adalah orang yang selalu ceria, supel,santun,tidak kasar dan bengis, tidak suka berteriak-teriak, tidak suka mencaci dan tidak kikir.”
Sebaliknya, seorang yang ahli maksiat tak akan mampu berlama menyembunyikan apa yang tersimpan di dalam hatinya. Selalu saja perbendaharaan keburukan yang ada di dalam hati akan tersingkap dalam ucapan dan perbuatan. Benarlah sebuah ungkapan.

“setiap kali seseorang menyembunyikan sesuatu dalam hatinya, pasti akan ditampakkan oleh Allah Azza wa Jalla melalui mimik wajahnya dan gerakan lisannya.”

Memilih seorang teman yang shalih bukan saja sebuah keniscayaan, namun juga merupakan kebutuhan. Karena bagaimana mungkin engkau akan mampu tenang hati saat kepalamu dijejali dengan kata-kata kasar seorang yang tak shalih. Bagaimana mungkin pandanganmu akan tentram menyaksikan tingkah polah seorang yang kasar perilaku. Teman yang shalih adalah kebutuhan di masa ini dan mendatang. Ia masih ada dan bisa dicintai. Sungguh indah perkataan Ibnul Mubarak rahimahullah,
“aku mencintai orang-orang shalih, meski aku bukan termasuk di antara mereka. Aku benci pecandu maksiat, meskipun mungkin aku lebih buruk dari mereka”

Sumber : Majalah Elfata edisi 12 vol 09-2009
dapat dr notenya mb Rahayu Sulistiyorini di facebook

Semoga bermanfaat :)

The Other Side

Published by Iga Indah under on 00.35
Hemn…
Kalimat postinganku kali ini diawali dengan deheman. Sudah biasa memang. Kalau begini artinya aku tidak sedang ‘banyak memikirkan sesuatu’ tapi lebih ke ‘sedikit memikirkan banyak hal’. Artiya ada banyak hal yang aku memikirkannya cuma sedikit. Aku akan mecoba menuliskan kesimpulan atau mungkin opini dari apa yang kupikirkan, bukan menceritakan alur yang terjadi seharian ini.  Malas sekali kalau harus cerita masalah alur. Panjang mestinya.

Sejak pagi aku sebenere udah mikir apa yang mau tak lakuin. Tapi ya itulah. Cuma mikir doang. Bukan benar-benar berpikir. Bagiku itu artinya beda. Toh akhirnya cuma terjun ke arus. Tapi…eits…jangan kira aku mau ngikut arus dengan mudah. Begini, begini, aku punya pegangan, dan insya Allah dipegang.
Dari awal aku berusaha nahan emosi (emosi bukan berarti marah ya, emosi=perasaan meluap2). Masang tingkah dan mimik muka biasa saja, tidak ada yang istimewa. Tapi nek boleh jujur bagi anak ndeso kaya aku ini kalau soal begituan memang susah nahan kikuk. Nggak bisa natural. Tapi apa salahnya mencoba sesuatu yang lain dari biasanya.

Dimulai waktu makan di Jejamuran. Waktu masuk, pikiran-pikiran kurang gaweanku muncul lagi. Contohnya…sudahlah…. Nggak penting. Isinya cuma alur pemikiran aneh yang nyangkut begitu saja di otak.  Namanya juga kurang gawean. Yo wis, back to the topic.

Masuk, duduk, pesen menu, shalat, makan, ngobrol, keluar (wuh…hebat! Ra mbayar po?). Tenang, wis dibayarin kok. Sampai di parkiran, naaaaahhhhhh….. ini dia.

Apa? Apa? Apa?

Kasih tau nggak yaaaa…. >_< (Malaaaaahhh ngoooopoooo?????)


Aku ki sakjamen yo kaget. Tapi tetap berusaha biasa aja. Ini memang lika-liku dalam menjalin hubungan pertemanan. Harus bisa saling memahami karakter. Kalau kita kelihatan kaget, nggak suka, marah2, atau malah sedih pula, dihadapan mereka yang notabene melakukan ‘hal-hal yang tidak sewajarnya’ untuk ukuran kita (misal: ngrokok), malah akan jadi konflik yang merepotkan bukan? Terutama konflik batin yang sakjane menurutku membuang waktuku sendiri (afwan sekali, aku lagi rada cuek hari ini). Pol mentok aku sendiri cuma bisa bilang ‘tp dia saudara kita’ atau malah cuma bilang ‘aku nggak suka’. Lha terus? Adakah kelanjutan aksi nyata untuk merubah? Kalau mak jleb saat itu juga tentu kita akan dianggap orang sok. Bukankah kuncinya bukan kecewa lalu sedih tp lebih ke kesabaran untuk mengerti? Kita tentu tahu lingkungan seperti apa yang membentuk teman kita itu. Rubah pelahan. Beri contoh. Bukankah itu lebih efektif? Kalau masalah aksi nyata, jujur sekali sampai saat ini aku hanya bisa mengusahakan sebatas pada diriku sendiri dan orang-orang yang dekat denganku, missal keluarga dan teman dekat (sebatas yg akhwat). Inilah yang disebut keterbatasan. Entah itu dibuat oleh siapa.

Kita beralih tempat. Sebelumnya saya ingin sekali menekankan kalau aku iki anak rumahan. Jangankan main
ke rumah teman ikhwan, yang akhwat aja jarang. Hebat! Sudah jadi ABG kau sekarang! Maen, motor2an kesana kemari, hangout, makan di restoran, nanti malah masih ke movie box.

Bah…! Uang siapa itu? (afwan sekali, hari ini aku juga lagi ngrasa pengen ngatosi dan diatosi) Astaghfirullah… eling nduk, eling, eling…..!!!!

Aku jadi ingat tokoh Ipung dalam novel remaja karangan Prie GS, More Than Love. Hoho... keren.

Yoz…! Tapi yang jelas, pasti ada yang bisa dipetik bukan? Tidak bisa tidak. Maka sejak dari situ, aku
berpikir: ambil yang baik, buang yang buruk. Logika sederhana yang cocok dalam situasi begini.

Kelanjutannya?
Ya tetep lanjut sampai akhir. Aku maju saja, mundur sekarang tanggung, toh mungkin aku bakal kapok, dan nggak lagi, lagi. Semoga ya Allah. Sayang uang patungannya juga.

Masuk deh ke moviebox. Sebelumnya memang pernah sekali dua kali, jd tahu keadaan di dalam bakalan kaya apa. Filmnya horror lagi. Pasti ketakutan, kaget, jerit2. Hemn…harus diakui kalau aku ini memang nggak suka yang namanya sadisme. Jadi waktu nonton film, aku tutup mata dan telinganya waktu adegan matahin tangan, kaki, sama nyiram air keras ke wajah. Lho…? Kok bisa tahu? Katanya tutup mata dan telinga? Ya kan habis itu tanya ceritanya ke temen sebelah. Tapi nek adegan hantu keluar dari lemari atau nggantung diatas artisnya, atau kran air nyala sendiri,  atau artisnya masuk kamar sendiri trus dikagetin sama hantu yang wajahnya item berdarah2 rambutnya panjang awut2an, aku malah nggak takut. Lha itu cuma film kok. Tapi jujur aku nggak bisa menerapkan logika itu kalau adegannya sadisme, soalnya denger teriakan kesakitan itu sangat2 sulit dilupakan, bagiku.

Yang bisa dipetik :
-          Semua orang punya ketakutan yang beda2.
-          Bagi orang2 yang telah menyadari sepenuhnya kalau Allah itu dekat, maka dia tidak akan merasakan ketakutan semacan itu.
-          Yang namanya setan gentayangan, kutukan dari setan, setan bisa mbunuh manusia (atau malah bunuh2an), atau yang aneh2 itu tidak ada. Yang ada hanya kuasa Allah.
-          Moviebox = rawan ikhtilat. Harus saling menjaga!
-          Moviebox = rawan telat sholat. Hati-hati!
-          Moviebox = kedinginan. Makanya jangan duduk di pojokan bawah AC. Brrr….!!!
-          Moviebox = musholanya nyempil, ruangannya 2x1,5 meter. Barengan sama tempat buat masang sumber listrik pula. Bahkan karyawannya sendiri sempat nginget2 dulu waktu ditanya letak mushola dimana. Ckckckck…
-          Moviebox = nggak mau sering2

Selesai dengan moviebox, barulah pada mau ke maskam UGM. Habis itu lanjut ke KaliMilk. Suasananya ya…ngonolah…namanya juga kafe. Oiya, ada konflik kuga sih, tp aku malas bahasnya. Habis shalat maghrib, makan, minum, ngobrol, akhirnya pamitan pulang duluan. Yang lain masih ngobrol.

Waktu perjalan pulang, sakjane aku ki baru pertama pulang jam segitu lewat jalan deket rumah yang itu, SENDIRIAN pula. Menguji nyali nek iki! Jalan berbahaya sepanjang 500meter di tengah sawah, gelap gulita, sepiiiii…. Bukan takut setan, tp takut ada brandalan yang pernah kedapetan mau nyabet motor orang di jalan itu. Lha nek beneran dicegat gimana? Aku diam2 nyusun strategi sejak dari perempatan Tugu Jogja.

Rencana  :
1.      Kalau masih sempet mbalik, mbalik aja ke perkampungan terdekat.
2.      Nek ada yg nyegat, tancap gas aja. Ngeeennnggg…!!! Tabrak sisan.  
3.      Nek nggak ada kesempatan buat nabrak, ya ambil jarak, brenti. Ambil HP. Pura2 telpon POLISI. Knp nggak nelpon beneraran aja? Ya, apalagi kalau bukan karena pulsaku abis. Dialognya gini : “OK  pak POLISI, bapak udah di depan SD Pengkol. Ya udah tinggal ke selatan 100meter. Udah dikepung dan siap ditangkapkan? OK Pak, sekarang mereka ada di depan saya. Terima kasih, saya tunggu sebentar lagi.” Nah, kalau mereka brandalan dengan mental tempe pasti udah kalang kabut. Semoga deh…
4.       Pasang wajah nyeremin. Ekting nyeremin. Ketawa liar. Mata melotot. Biar dikira hantu. Ini rencana paling nggak masuk akal. Tapi toh ini cuma rencana.

Dalam hati aku berdoa. Semoga aku tak perlu mengeluarkan salah satu dari rencana itu. Dan Alhamdulillah memang diberi keselamatan. Sampai di rumah aku malah kepikiran, rencana tadi mungkin akibat kekhawatiran terlalu berlebihan yang akhirnya menimbulkan dampak tidak jelas. Hahaha…

Saat nulis ini aku jd ingat perasaan yg tadi. Senang, tertawa, bercanda, jengkel, kecewa. Sempat pula ingat potongan dialog dengan salah seorang teman waktu gelombolan kami sedang campur baur.
“Kita jd ngrasa serba salah. Nek kita ikut masuk ke lingkaran, kita ikutan ikhtilat. Tapi nek malah misah dan jalan di belakang gini, malah ngetoi banget nek kita beda.”
Aku setuju. Tapi apa dayaku. Aku belum sampai ke taraf yang bisa menegur orang lain dalam keadaan seperti itu. Bukankah nasihat sebaiknya disampaikan tidak di depan orang banyak dan sebaiknya di saat yang tepat?

Aku juga sempat teringat kalimat ini :
“Aku ki kadang masih bimbang. Kadang pengen masuk ke lingkaran, berbaur sama yang laen. Pengen ikut seneng-seneng. Tapi di saat yang sama kita itu termasuk ‘orang2 yang udah ngerti kalau itu salah’.“
Dan afwan jiddan bagi seorang teman yang berbicara begitu padaku dan waktu itu hanya kujawab :
“Iya, po?”
Afwan jiddan, bukannya meragukan kata anti. Tapi setiap aku bilang “Iya po?” itu artinya aku sedang berpikir, mencerna kalimat, mecoba memangsanya di kepala, dan mencocokannya dengan keadaanku. Kalau masalah orientasi masih sebatas keduniaan, ya kita masih sama2 belajar. Hehe…

Jadilah kesimpulan agenda hari ini adalah senang-senang. Ini kata ibu juga lho… hemn… semakin ingat pengalaman tadi aku jadi semakin sadar, ini semua orientasinya ke dunia. Trus kapan mau berubah? Yakin kah masih diberi kesempatan? Kita kan tahu apa yang akan terjadi besuk.

Dalam hati nyatanya aku merasa tidak tenang justru karena ketenangan yang kurasakan. Coba pahami. Kata temanku masalah hati memang sensitif. Hati, tidak bisa kalau tidak jujur.

Ya Rabb,.. kuadukan lemahnya dayaku, kurangnya siasatku, & kehinaanku di hadapan manusia. Wahai Yang Maha Penyayang di antara para penyayang, Engkaulah Rabb orang-orang lemah. Engkaulah Rabbku… Aku berlindung dengan cahayaMu yang menyinari segala kegelapan dan yang karenanya urusan dunia dan akhirat menjadi baik, agar Engkau tak menurunkan murkaMu padaku… tiada daya dan kekuatan kecuali dariMu.



Senin, 20 Juni 2011

Speed

Published by Iga Indah under on 19.16


Sesungguhnya KECEPATAN HIDUP
setiap orang adalah SAMA,
yaitu 60 menit per jam.

Tapi,

Kecepatan KEMAJUAN HIDUP
setiap orang TIDAK SAMA.

Ada orang yang memelihara sikap
dan perilaku yang melambankan
kemajuan hidupnya,

dan ada orang yang bersikap ramah
terhadap kebaikan
dan segera bertindak memperbaiki keadaan.

This is your life, bersegeralah.

-Mario Teguh-

Virus

Published by Iga Indah under on 17.42
huah...
ya Rabbi, apakah engkau memang begitu 'menyayangiku'?
sampai-sampai ada ujian sebelum ujian
akhir-akhir ini Kau memberiku semangat luar biasa buat berbenah
dan satu hal, kenapa 'ujian unik' ini justru datang di saat seperti ini
merah muka sekarang aku
aku tak tahu harus senang apa sedih
harus menjadikannya suply energi baru atau harus menjaga hati sebaik mungkin
masa pubertas
benar-benar deh...
jaga hati, jaga hati, jaga hati,... (^_^)9

Fight Together

Published by Iga Indah under on 19.57
14th Opening ONE PIECE









yo ga akeru mae ni tabidatou
Before the sun rises lets head out
mada minu ashita wo mukae ni ikou
To greet our unseen tomorrows
sou kimeta koto kui wa nai
We have no regrets in our resolve
(Oh I know what I'm supposed to do)
(Oh I know what I’m supposed to do)

donna shiren ga machiukete iyouto
No matter what kind of trials lie ahead,
takanaru kodou tomerare wa shinai
Nothing can stop my beating heart
mezasu basho wa tada hitotsu
There is only one place to go
(Fly to the light)
(Fly to the light)

tatakai no hate ni eta kizuna
Bonds forged through battle (That's right)
dare nimo kizutsukesase wa shinai
I won’t let anyone get hurt (That's right)
nigiri shimeta te hirakeba
When I open my clenched fist,
soko ni chikara ga yadoru
I will find power there

saa hajimeyou
So let’s start
atarashii sekai ga yondeiru
The new world is calling
hora mite goran
See now look
ikutsu no umi hedatete itato shitemo
No matter how many seas separate us
itsudatte sasaeteiru
I’m always standing by you
osorezu ni mae e
Don’t be afraid to advance
wasurenaide
Don’t forget
We fight together
We fight together

kegashita koto wa nai
I’ve never spoiled the memory
ano hi miageta dokomademo takaku hiroi sora
Of the vast infinite sky that I looked up to that day
zuibun to tooku made kita
We’ve come a long way
sorezore no chikai wo mune ni
Each with our own pledge in our heart
mayoi nado nai
There is no doubt
seou mono ga aru
There are things we must carry with us

hi ga nobori
The sun will rise
kanashimi sae hitoshiku terasu
And shine equally on even our sorrows

shinjiterunda
I believe in it
itsuka hitotsu ni tsunagaru mirai wo
The future that will become one piece someday,
issho ni mitsuke ni ikou
Let’s go find it together
kimi no kawari wa inai
You’re irreplaceable
wasurenaide
Don’t forget
We fight together
We fight together